Tuesday, February 18, 2020

arsitektur lingkungan rumah adat Minahasa


Suku minahasa
Orang Minahasa atau lebih dikenal masyarakat umum sebagai orang Manado, adalah salah satu suku bangsa yang mendiami kawasan semenanjung pulau Sulawesi atau pada zaman dahulu disebut Celebes. Ini adalah suku asli pemilik tanah adat Wenang atau dikenal sebagai Kota Manado sekarang.
Meskipun saat ini memang, seperti kota-kota lain di Indonesia, di kota Manado sudah banyak pendatang dari suku-suku lain entah yang berasal dari sekitar Minahasa seperti suku Sanger, Mongondow atau Hulontalo (Gorontalo) namun orang Minahasa bisa dikenali dengan melihat marga dan parasnya.

Ø  Letak :
Kabupaten Minahasa
Sulawesi Utara
Minahasa (dahulu disebut Tanah Malesung) adalah kawasan semenanjung yang berada di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Kawasan ini terletak di bagian timur laut pulau Sulawesi.

Ø  Iklim yang mempengaruhi:
Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan-bulan November sampai dengan April bertiup angin barat yang membawa hujan di pantai utara, sedangkan dalam Bulan Mei sampai Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering.

Ø  Kemungkinan bencana yang terjadi:

1.    Banjir
2.    Tsunami
3.    Gempa bumi
4.    Longsor

Ø  Sosial budaya
Minahasa terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40′ – 124°50′ BT dan 1°30′ – 1°40′ LU Kota Manado Merupakan dari provinsi Sulawesi Utara Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado. Minahasa berasal dari kata dasar “ESA” yang berarti “Satu”. Motto dari Sulawesi utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan orang lain".
Di Minahasa terdapat beberapa suku yang cukup banyak dan beragam,Berikut merupakan Nama-nama suku yang ada dan tempat di mana suku-suku itu berada
1.    Tonsea; terdapat di sekitar Timur Laut Minahasa.
2.     Tombulu; terdapat di sekitar Barat Laut danau Tondano.
3.    Tontemboan/Tompakewa; terdapat di sekitar Barat Daya Minahasa.
4.    Toulour; terdapat di bagian Timur dan pesisir danau Tondano.
5.    Tonsawang; terdapat di bagian tengah dan Selatan Minahasa.
6.    Pasan atau Ratahan; terdapat di bagian Tenggara Minahasa.
7.    Ponosakan; di bagian Tenggara Minahasa.
8.    Bantik; terdapat di beberapa tempat di pesisir Barat Laut Utara dan Selatan kota Manado.
Macam-macam kebudayaan
Seperti yang kita ketahui Minahasa mempunyai begitu banyak keragaman budaya yang ada. Mulai dari Tarian, alat musik, Makanan dan minuman.Berikut beberapa contoh kebudayaan Minahasa: 
1.    Mapalus
Mapalus adalah bentuk gotong royong tradisional warisan nenek moyang orang Minahasa di Kota Manado yang merupakan suatu sistem prosedur, metode atau tehnik kerja sama untuk kepentingan bersama oleh masing-masing anggota secara bergiliran.


2.    Tari Kabasaran














Yang mana sering juga disebut tari cakalele, adalah salah satu seni tari tradisional orang Minahasa yang banyak dimainkan oleh masyarakat Kota Manado, biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti menyambut tamu dan pagelaran seni budaya. Tari ini menirukan perilaku dari para leluhur dan merupakan seni tari perang melawan musuh.

3.    Tari maengket












Tari maengket adalah salah satu seni tarian rakyat orang Minahasa. Tarian ini disertai dengan nyanyian dan diiringi gendang atau tambur yang biasanya dilakukan sesudah panen padi sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta.Jadi, Tari maengket ini merupakan tarian rakyat untuk Hasil panen yg telah mereka dapatkan yang sejak dulu sudah di ciptakan untuk ucapan syukur atas hasil panen.

4.    Musik kolintang
















Musik kolintang pada awalnya dibuat dari bahan yang disebut wunut dari jenis kayu yang disebut belar. Orkes kolintang sebagai produk seni musik tradisional bukan saja sebagai sarana hiburan, akan tetapi juga sebagai media penerapan pendidikan musik yang dimulai dari anak-anak sekolah di Kota Manado.
Makanan
Sejak dulu kala makanan Khas manado sudah terkenal dengan “rasa pedas” yang sangat luar biasa. Jadi kebanyakan orang yg tidak begitu menyukai rasa pedas enggan untuk mencicipi atau merasakan makanan Khas manado. Begitu banyak makanan-makanan khas manado yg terkenal salah satunya bubur Manado “Tinutuan”
      Minuman    
Cap tikus adalah jenis cairan berkadar alkohol rata-rata 40 persen yang dihasilkan melalui penyulingan saguer (cairan putih yang keluar dari mayang pohon enau atau seho dalam bahasa daerah Minahasa).
Mata Pencaharian Suku Minahasa
Mata pencaharian pokok mereka memang bertani di ladang dengan tanaman seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan dan sedikit padi. Masyarakat Minahasa yang berdiam di dekat perairan laut dan danau, misalnya di pinggir Danau Tondano, hidup sebagai penangkap ikan.
Kepercayaan suku minahasa
Mengenai kepercayaan masyarakat Minahasa, sebelum Tahun 1702 (awal abat 17) penginjil dari Portugis Joseph Kamp membawa masuk Injil di Indonesia melalui Ambon, ternate dan tiba di Tanah Minahasa. Joseph Kamp Masuk Ke Minahasa, Masyarakat Minahasa sudah mempunyai kepercayaan yang masih Bersifat abstrak “Empung Wailan Sima Lengkew Em Pekasa Kaoatan” (Allah Yang Menciptakan Segenap Alam). Selain Percaya Kepada Allah Yang Menciptakan Segenap Alam, Mereka Juga Percaya Ilah-Ilah Lain Yang Diyakini Dapat Membantu Kehidupan Manusia Saat Itu.
Namun, setelah masyarakat Minahasa mengenal dan mempelajari Injil dan agama Kristen, banyak masyarakat Minahasa yg memeluk dan memegang kepercayaan Nasrani sampai sekarang mayoritas di manado adalah yang beragama Kristen.

Berikut ini merupakan pengetahuan-pengetahuan masyarakat suku Minahasa yang sudah ada dari zaman dulu dan Suku Minahasa sebagian besar masih mempercayai hal-hal ini :
1.     Alam fauna; adanya kepercayaan terhadap tanda-tanda binatang seperti burung dan ular. Ada dua macam burung yang menunjukkan berbagai tanda. Burung siang (waru endo, kemekeke, totombara) dapat menunjukkan tanda adanya berita yang menyenangkan (lowas, keeke rondor), tanda tidak mengganggu perasaan (keeke tenga wowos), tanda tidak menyenangkan (mangalo/mangoro), dan tanda yang menakutkan atau beralamat tidak baik (keke).

2.    Alam flora; pengetahuan tentang alam flora dapat terlihat dari bermacam-macam bahan makanan masyarakat Minahasa yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Banyak bahan-bahan obat pula yang diperoleh dari berbagai jenis akar-akaran, dedaunan, kulit-kulit kayu, buah-buahan, rerumputan dan umbi-umbian. Beberapa contoh di antaranya, obat malaria dibuat dari sejenis akar yang disebut riis (tali pahit), goraka (jahe) sebagai obat batuk, obat sakit perut dan penolak roh jahat, serta kucai (sejenis bumbu dapur) sebagai obat demam bagi anak-anak.

3.    Tubuh manusia; pengetahuan tentang tubuh manusia dibagi ke dalam dua bagian yakni yang menyangkut perbuatan dan yang menyangkut hal-hal yang terjadi dalam tubuh. Pengetahuan itu lebih bersifat larangan-larangan bagi setiap orang yang melakukannya karena akan menimbulkan akibat tersendiri.

Rumah adat minahasa















Rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal dengan sebutan Wale atau Bale, yang artinya tempat melakukan aktivitas dalam kehidupan berkeluarga. Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa, Rumah Panggung Manado atau Rumah Minahasa yang berasal dari Desa Woloan, memiliki dua tangga di serambi depan. Tangga di kiri dan kanan bagian depan rumah itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara adat. Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu, harus masuk ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya pinangan mereka diterima oleh tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang kiri lagi, yang mereka pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak tuan rumah.
Ciri utama rumah tradisional ini berupa Rumah Panggung dengan 16 sampai 18 tiang penyangga. Beberapa abad lalu terdapat rumah tradisional keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-masing keluarga merupakan rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus ekonomi rumah tangga sendiri. Kini, jarang ditemui rumah adat besar seperti ini. Pada umumnya susunan rumah terdiri atas emperan (setup), ruang tamu (leloangan), ruang tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup) berfungsi untuk menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga, juga tempat makan tamu.
Sementara itu, di bagian belakang rumah terdapat balai-balai yang berfungsi sebagai tempat menyimpan alat dapur dan alat makan, serta tempat mencuci. Bagian atas rumah atau loteng (soldor) berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya. Bagian bawah rumah (kolong) biasanya digunakan untuk gudang tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat pertanian, gerobak dan hewan peliharaan.
Uniknya, rumah warga di Minahasa tak beratapkan genteng. Karena folosofi yang dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat dari tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen besi lainnya. Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah. Sekali pun ada yang beratapkan genteng, umumnya rumah tersebut milik kaum pendatang. Meskipun demikian, banyak juga rumah orang Minahasa yang beratapkan seng namun didesain seperti genteng.
Yang pertama kali mempoluperkan rumah panggung Minahasa yang memakai sistem bongkar pasang (knock down system) adalah Paulus Tiow, warga Woloan, tahun 1942 silam. Ide membuat rumah ini terurai setelah rumah adat Minahasa miliknya dibeli oleh seorang serdadu Jepang. Sejak saat itu Paulus mulai memproduksi rumah adat Minahasa untuk dijual. Jejak Paulus kemudian diikuti oleh Beting Motulo.
Ø  Pendapat
Dari sejarah yang ada sudah sangat terlihat jelas bahwa budaya Minahasa dipengaruhi oleh bangsa Spanyol dan Belanda pengaruh kehadiran orang Spanyol yang bertahan hampir seabad di Minahasa masih tampak hingga saat ini, terutama dalam aspek bahasa ada beberapa kata yang sebetulnya bahasa Spanyol. Selain itu, pakaian yang dianggap orang Minahasa sebagai pakaian adat (patung kurengkeng dan saraun di Tondano) merupakan pakaian ala Spanyol. Berkuasanya Belanda di Minahasa juga membawa unsur-unsur kebudayaan lain bagi penduduk Minahasa, antara lain bahasa, cara-cara berpakaian, sistem pemerintahan, sistem pengetahuan, pendidikan, kesehatan, peralatan, pengangkutan, dan sebagainya. Jadi, Dapat di katakan bahwa Sosial dan Budaya yang ada di Minahasa Tidak lain adalah campur Tangan oleh bangsa lain. “Mapulus” seperti yang di jelaskan di atas. Kita sudah dapat mendapatkan suatu bayangan di mana suku Minahasa ini selalu bergotong royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang ada. Menurut saya karya arsitektur minahasa selalu mengikuti perkembangan budaya-budaya minahasa itu sendiri, kebudayaan minahasa sendiri bukan sesuatu yang padu dan bulat, tetapi tersusun dari berbagai budaya sehingga terciptanya satu kepaduan yang mana membawa cikal bakal arsitektur minahasa sekarang.
Sumber: