Suku minahasa
Orang Minahasa atau lebih dikenal masyarakat umum sebagai
orang Manado, adalah salah satu suku bangsa yang mendiami kawasan semenanjung
pulau Sulawesi atau pada zaman dahulu disebut Celebes. Ini adalah suku asli
pemilik tanah adat Wenang atau dikenal sebagai Kota Manado sekarang.
Meskipun saat ini memang, seperti kota-kota lain di
Indonesia, di kota Manado sudah banyak pendatang dari suku-suku lain entah yang
berasal dari sekitar Minahasa seperti suku Sanger, Mongondow atau Hulontalo
(Gorontalo) namun orang Minahasa bisa dikenali dengan melihat marga dan
parasnya.
Ø Letak :
Kabupaten Minahasa
Sulawesi Utara
Minahasa (dahulu disebut Tanah Malesung) adalah kawasan
semenanjung yang berada di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Kawasan ini
terletak di bagian timur laut pulau Sulawesi.
Ø Iklim yang mempengaruhi:
Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang
dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan-bulan November sampai dengan April
bertiup angin barat yang membawa hujan di pantai utara, sedangkan dalam Bulan
Mei sampai Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering.
Ø Kemungkinan bencana yang terjadi:
1.
Banjir
2.
Tsunami
3.
Gempa bumi
4.
Longsor
Ø Sosial budaya
Minahasa terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi,
pada posisi geografis 124°40′ – 124°50′ BT dan 1°30′ – 1°40′ LU Kota Manado
Merupakan dari provinsi Sulawesi Utara Kota Manado seringkali disebut sebagai
Menado. Minahasa berasal dari kata dasar “ESA” yang berarti “Satu”. Motto dari
Sulawesi utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat
Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia
hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan
orang lain".
Di Minahasa terdapat beberapa suku yang cukup banyak dan
beragam,Berikut merupakan Nama-nama suku yang ada dan tempat di mana suku-suku
itu berada
1.
Tonsea; terdapat di sekitar Timur Laut Minahasa.
2.
Tombulu; terdapat
di sekitar Barat Laut danau Tondano.
3.
Tontemboan/Tompakewa; terdapat di sekitar Barat Daya
Minahasa.
4.
Toulour; terdapat di bagian Timur dan pesisir danau
Tondano.
5.
Tonsawang; terdapat di bagian tengah dan Selatan
Minahasa.
6.
Pasan atau Ratahan; terdapat di bagian Tenggara Minahasa.
7.
Ponosakan; di bagian Tenggara Minahasa.
8.
Bantik; terdapat di beberapa tempat di pesisir Barat Laut
Utara dan Selatan kota Manado.
Macam-macam
kebudayaan
Seperti yang kita ketahui Minahasa mempunyai begitu
banyak keragaman budaya yang ada. Mulai dari Tarian, alat musik, Makanan dan
minuman.Berikut beberapa contoh kebudayaan Minahasa:
1.
Mapalus
Mapalus adalah bentuk gotong royong
tradisional warisan nenek moyang orang Minahasa di Kota Manado yang merupakan
suatu sistem prosedur, metode atau tehnik kerja sama untuk kepentingan bersama
oleh masing-masing anggota secara bergiliran.
2.
Tari Kabasaran
Yang mana sering juga disebut tari
cakalele, adalah salah satu seni tari tradisional orang Minahasa yang banyak dimainkan
oleh masyarakat Kota Manado, biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu
seperti menyambut tamu dan pagelaran seni budaya. Tari ini menirukan perilaku
dari para leluhur dan merupakan seni tari perang melawan musuh.
3.
Tari maengket
Tari maengket adalah salah satu seni
tarian rakyat orang Minahasa. Tarian ini disertai dengan nyanyian dan diiringi
gendang atau tambur yang biasanya dilakukan sesudah panen padi sebagai ucapan
syukur kepada Sang Pencipta.Jadi, Tari maengket ini merupakan tarian rakyat
untuk Hasil panen yg telah mereka dapatkan yang sejak dulu sudah di ciptakan
untuk ucapan syukur atas hasil panen.
4.
Musik kolintang
Musik kolintang pada awalnya dibuat
dari bahan yang disebut wunut dari jenis kayu yang disebut belar. Orkes kolintang
sebagai produk seni musik tradisional bukan saja sebagai sarana hiburan, akan
tetapi juga sebagai media penerapan pendidikan musik yang dimulai dari
anak-anak sekolah di Kota Manado.
Makanan
Sejak dulu kala makanan Khas manado
sudah terkenal dengan “rasa pedas” yang sangat luar biasa. Jadi kebanyakan
orang yg tidak begitu menyukai rasa pedas enggan untuk mencicipi atau merasakan
makanan Khas manado. Begitu banyak makanan-makanan khas manado yg terkenal
salah satunya bubur Manado “Tinutuan”
Minuman
Cap tikus adalah jenis cairan berkadar
alkohol rata-rata 40 persen yang dihasilkan melalui penyulingan saguer (cairan
putih yang keluar dari mayang pohon enau atau seho dalam bahasa daerah Minahasa).
Mata Pencaharian Suku Minahasa
Mata pencaharian pokok mereka memang
bertani di ladang dengan tanaman seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang-kacangan dan sedikit padi. Masyarakat Minahasa yang berdiam di dekat
perairan laut dan danau, misalnya di pinggir Danau Tondano, hidup sebagai
penangkap ikan.
Kepercayaan suku minahasa
Mengenai kepercayaan masyarakat
Minahasa, sebelum Tahun 1702 (awal abat 17) penginjil dari Portugis Joseph Kamp
membawa masuk Injil di Indonesia melalui Ambon, ternate dan tiba di Tanah
Minahasa. Joseph Kamp Masuk Ke Minahasa, Masyarakat Minahasa sudah mempunyai
kepercayaan yang masih Bersifat abstrak “Empung Wailan Sima Lengkew Em Pekasa
Kaoatan” (Allah Yang Menciptakan Segenap Alam). Selain Percaya Kepada Allah
Yang Menciptakan Segenap Alam, Mereka Juga Percaya Ilah-Ilah Lain Yang Diyakini
Dapat Membantu Kehidupan Manusia Saat Itu.
Namun, setelah masyarakat Minahasa
mengenal dan mempelajari Injil dan agama Kristen, banyak masyarakat Minahasa yg
memeluk dan memegang kepercayaan Nasrani sampai sekarang mayoritas di manado
adalah yang beragama Kristen.
Berikut ini merupakan
pengetahuan-pengetahuan masyarakat suku Minahasa yang sudah ada dari zaman dulu
dan Suku Minahasa sebagian besar masih mempercayai hal-hal ini :
1.
Alam fauna; adanya
kepercayaan terhadap tanda-tanda binatang seperti burung dan ular. Ada dua
macam burung yang menunjukkan berbagai tanda. Burung siang (waru endo,
kemekeke, totombara) dapat menunjukkan tanda adanya berita yang menyenangkan
(lowas, keeke rondor), tanda tidak mengganggu perasaan (keeke tenga wowos), tanda
tidak menyenangkan (mangalo/mangoro), dan tanda yang menakutkan atau beralamat
tidak baik (keke).
2.
Alam flora; pengetahuan tentang alam flora dapat terlihat
dari bermacam-macam bahan makanan masyarakat Minahasa yang diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan. Banyak bahan-bahan obat pula yang diperoleh dari berbagai
jenis akar-akaran, dedaunan, kulit-kulit kayu, buah-buahan, rerumputan dan
umbi-umbian. Beberapa contoh di antaranya, obat malaria dibuat dari sejenis
akar yang disebut riis (tali pahit), goraka (jahe) sebagai obat batuk, obat
sakit perut dan penolak roh jahat, serta kucai (sejenis bumbu dapur) sebagai
obat demam bagi anak-anak.
3.
Tubuh manusia; pengetahuan tentang tubuh manusia dibagi
ke dalam dua bagian yakni yang menyangkut perbuatan dan yang menyangkut hal-hal
yang terjadi dalam tubuh. Pengetahuan itu lebih bersifat larangan-larangan bagi
setiap orang yang melakukannya karena akan menimbulkan akibat tersendiri.
Rumah adat minahasa
Rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal dengan
sebutan Wale atau Bale, yang artinya
tempat melakukan aktivitas dalam kehidupan berkeluarga. Berlandaskan filosofi
masyarakat Minahasa, Rumah Panggung Manado atau Rumah Minahasa yang berasal
dari Desa Woloan, memiliki dua tangga di serambi depan. Tangga di kiri dan
kanan bagian depan rumah itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara adat.
Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu, harus
masuk ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si
lelaki keluar dari rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya
pinangan mereka diterima oleh tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun
melewati tangga yang kiri lagi, yang mereka pakai untuk naik ke rumah panggung
itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak tuan rumah.
Ciri utama rumah tradisional ini berupa Rumah Panggung
dengan 16 sampai 18 tiang penyangga. Beberapa abad lalu terdapat rumah tradisional
keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-masing
keluarga merupakan rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus
ekonomi rumah tangga sendiri. Kini, jarang ditemui rumah adat besar seperti
ini. Pada umumnya susunan rumah terdiri atas emperan (setup), ruang tamu
(leloangan), ruang tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup)
berfungsi untuk menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga, juga
tempat makan tamu.
Sementara itu, di bagian belakang rumah terdapat
balai-balai yang berfungsi sebagai tempat menyimpan alat dapur dan alat makan,
serta tempat mencuci. Bagian atas rumah atau loteng (soldor) berfungsi sebagai
tempat menyimpan hasil panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya. Bagian bawah
rumah (kolong) biasanya digunakan untuk gudang tempat menyimpan papan, balok,
kayu, alat pertanian, gerobak dan hewan peliharaan.
Uniknya, rumah warga di Minahasa tak beratapkan genteng.
Karena folosofi yang dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng
terbuat dari tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen
besi lainnya. Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang bertempat
tinggal di bawah tanah. Sekali pun ada yang beratapkan genteng, umumnya rumah
tersebut milik kaum pendatang. Meskipun demikian, banyak juga rumah orang
Minahasa yang beratapkan seng namun didesain seperti genteng.
Yang pertama kali mempoluperkan rumah panggung Minahasa
yang memakai sistem bongkar pasang (knock down system) adalah Paulus Tiow, warga
Woloan, tahun 1942 silam. Ide membuat rumah ini terurai setelah rumah adat
Minahasa miliknya dibeli oleh seorang serdadu Jepang. Sejak saat itu Paulus
mulai memproduksi rumah adat Minahasa untuk dijual. Jejak Paulus kemudian
diikuti oleh Beting Motulo.
Ø Pendapat
Dari sejarah yang ada sudah sangat terlihat
jelas bahwa budaya Minahasa dipengaruhi oleh bangsa Spanyol dan Belanda pengaruh
kehadiran orang Spanyol yang bertahan hampir seabad di Minahasa masih tampak
hingga saat ini, terutama dalam aspek bahasa ada beberapa kata yang sebetulnya
bahasa Spanyol. Selain itu, pakaian yang dianggap orang Minahasa sebagai
pakaian adat (patung kurengkeng dan saraun di Tondano) merupakan pakaian ala
Spanyol. Berkuasanya Belanda di Minahasa juga membawa unsur-unsur kebudayaan
lain bagi penduduk Minahasa, antara lain bahasa, cara-cara berpakaian, sistem
pemerintahan, sistem pengetahuan, pendidikan, kesehatan, peralatan,
pengangkutan, dan sebagainya. Jadi, Dapat di katakan bahwa Sosial dan Budaya
yang ada di Minahasa Tidak lain adalah campur Tangan oleh bangsa lain. “Mapulus”
seperti yang di jelaskan di atas. Kita sudah dapat mendapatkan suatu bayangan
di mana suku Minahasa ini selalu bergotong royong dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang ada. Menurut saya karya arsitektur minahasa selalu mengikuti
perkembangan budaya-budaya minahasa itu sendiri, kebudayaan minahasa sendiri
bukan sesuatu yang padu dan bulat, tetapi tersusun dari berbagai budaya sehingga
terciptanya satu kepaduan yang mana membawa cikal bakal arsitektur minahasa
sekarang.
Sumber:



